S O A L :
Wajibkah mandi bagi orang yang bersetubuh tetapi tidak inzal ?
Wajibkah mandi bagi orang yang bersetubuh tetapi tidak inzal ?
J A W A B :
Difashal yang tersebut ‘ulama’ Ahlulfiqh ada berselisihan, sehingga menjadi dua firqah, yaitu firqah yang pertama berpendapat, bahwa bersetubuh yang tidak dengan inzal itu, tidak mewajibkan mandi ; dan adapun firqah yang kedua berpendapat wajib mandi, walaupun tidak inzal.
Difashal yang tersebut ‘ulama’ Ahlulfiqh ada berselisihan, sehingga menjadi dua firqah, yaitu firqah yang pertama berpendapat, bahwa bersetubuh yang tidak dengan inzal itu, tidak mewajibkan mandi ; dan adapun firqah yang kedua berpendapat wajib mandi, walaupun tidak inzal.
Berkata
firqah pertama :
Telah nyata
dari beberapa Hadiets yang shahih, bahwa apabila seorang mimpi bersetubuh,
tetapi ia tidak inzal, dia itu tidak wajib mandi. Hal tersebut tidak ada
khilafnya diantara sekalian Fuqaha’. Jadi, kalau begitu nyata sekali, bahwa
masyru’nya wajib mandi itu apabila inzal.
Dengan
keterangan ini kami bisa mengambil qias, yaitu apabila seorang bersetubuh
tetapi tidak inzal, maka menurut kami punya pendapat, dia itu tidak wajib
mandi.
Inilah dalielnya :
Artinya :
Telah diriwayatkan, bahwa Zaid bin Khalid Al-lu¬hani pernah bertanya kepada
‘Utsman bin Affan : Bagaimunakah pendapat tuan, apabila seorang lelaki
bersetubuh dengan isterinya, tetapi tak bermani ?
Maka berkata ‘Utsman : la mesti berwudlu’ sebagaimana ber¬wudlu’ untuk shalat, dan ia mesti mencuci kemaluannya’ lalu ‘Utsman berkata : Saya telah dengar hal itu dari Rasulullah s.a.w.
(H.S.R. Bukharie dan Muslim)
Maka berkata ‘Utsman : la mesti berwudlu’ sebagaimana ber¬wudlu’ untuk shalat, dan ia mesti mencuci kemaluannya’ lalu ‘Utsman berkata : Saya telah dengar hal itu dari Rasulullah s.a.w.
(H.S.R. Bukharie dan Muslim)
Ada lagi
riwayat :
….. Artinya
: Kata Ubni bin Ka’b ‘ Ya Rasulullah ! (bagaimana hukumnya) apabila seorang
lelaki bersetubuh dengan isterinya, tatapi tidak inzal? Berkata beliau : „Dia
itu mesti mencuci kemaluannya seberapa yang menyentuh isterinya, kemudian
supaya berwudlu’, lalu ia Shalat”.
(H.S.R. Bukharie dan Muslim)
(H.S.R. Bukharie dan Muslim)
Ada lagi
riwayat :
Artinya :
Telah berkata Abu Sa’ied AI-Khudri, bahwa Nabi s.a. w, itu, pernah melalui
seorang lelaki daripada bangsa Anshar, lalu beliau mengutus orang memanggil
dia, kemudian keluarlah dia, sedang kepalanya menetes air, lalu beliau bersabda
„Barang kali kami telah menyebabkan engkau terburu-buru”. Jawabnya : Betul, ya
Rasulullah ! Kemudian bersabda pula beliau : „Apabila engkau itu bersetubuh
dengan tiada inzal, maka tidaklah wajib mandi atas engkau, tetapi engkau wajib
berwudlu’.
(H.S.R Muslim)
(H.S.R Muslim)
Tiga Hadiets
yang tersebut itu, telah menerangkan dengan jelas, bahwa bersetubuh yang tiada
dengan inzal itu tidak mewajibkan mandi, hanya mencuci kemaluan dan wudlu’
saja.
Inilah yang menjadi madzhabnya lima orang dari shahabat Nabi s.a.w., Yang
nama-nama mereka itu, sebagaimana yang tersebut di bawah ini:
Artinya :
Telah berkata Zaid bin Khalid AI-luhani : Lalu saya rnenanyakan yang demikian
itu kepada Ali bin Abi Thalib, Zubair Ibnu-Awwum, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Ubai
bin Ka’b dan Aiyub, rnereka itu menyuruh dengan demikian.
(R. Bukharie)
(R. Bukharie)
Dan menjadi
pula sebagai madzhabnya khaliefah ‘Umar bin ‘Abdul-Aziez dan imam Dawud
penganjur madzhab Zhahiri, dan sebagian daripada shahabat-shahabatnya.
Sekian
keterangan kami.
Berkata
firqah kedua :
Kami suka
menerima dengan akur apa yang telah dikatakan oleh firqah pertama, yaitu dari
fashal orang yang mimpi bersetubuh yang tiada inzal, itu tiada kewajiban mandi,
tetapi jikalau ini fashal dibuat qias (ukuran) bagi orang yang bersetubuh, kami
tidak bisa menerima.
Adapun
alasan mereka dengan tiga Hadiets itu, maka kami jawab: Bahwa sekalian
‘ulama’-'ulama’ Ahlulhadiets telah menerangkan dengan akur, bahwa Hadiets yang
tersebut itu telah dimansukhkan (hapuskan) hukumnya dengan
keterangan-keterangan Hadiets, sebagaimana yang berikut di bawah ini :
Artinya :
Telah berkata ‘Ubai bin Ka’b : Sesungguhnya fatwa yang mereka katakan, wajib
mandi lantaran keluar mani, adalah satu kelonggaran yang telah diberikan oleh
Rasulullah s.a.w. pada permulaan Islam kernudian sesudah itu beliau menyuruh
kita mandi (walaupun tidak inzal).
(H.S.R. Ahmad, Abu Dawud, Turmudzi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Syahien dan Ibnu Abi Syaibah)
(H.S.R. Ahmad, Abu Dawud, Turmudzi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Syahien dan Ibnu Abi Syaibah)
Maksud Hadiets
ini : Bahwa dipermulaan datangnya agama Islam, Rasulullah tidak mewajibkan
mandi bagi orang yang bersetubuh, melainkan apabila inzal, kemudian sesudah
itu, beliau mewajibkan mandi bagi yang inzal dan yang tidak inzal.
Ada lagi riwayat :
Artinya :
Telah berkata Abu Hurairah : Nabi s.a.w. pernah bersabda : „Apabila (seorang
lelaki) duduk diantara anggauta-¬anggauta perempuan yang empat lalu ia urus
dia, maka wajiblah ia mandi”.
(H.S.R. Ahmad, Bukharie, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Abi Khaitsamah dan Daraquthnie)
(H.S.R. Ahmad, Bukharie, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Abi Khaitsamah dan Daraquthnie)
Maqshudnya,
bahwa kalau seorang lelaki bersetubuh dengan perempuan, maka wajib ia mandi.
Dan Hadiets yang tersebut itu diriwayatkan pula oleh imam Ahmad dan Muslim
dengan tambahan artinya : walaupun tidak keluar mani.
dan dilriwayatkan oleh imam Ibnu Abi Chaitsamah dengan tambahan artinya : keluar atau tidak keluar.
dan dilriwayatkan oleh imam Ibnu Abi Chaitsamah dengan tambahan artinya : keluar atau tidak keluar.
Ada lagi
riwayat :
Artinya :
Telah berkata ‘Aisyah : Rasulullah s.a.w, pernah bersabda : „Apabila (seorang
lelaki) duduk di antara anggauta-anggauta perempuan yang empat, kemudian
kemaluan menyentuh kemaluan, maka wajiblah mandi”.
(H.S.R. Ahmad dan Muslim)
(H.S.R. Ahmad dan Muslim)
Artinya :
Telah berkata ‘Aisyah : Rasululldh s.a.w. pernah bersabda : „Apabila kemaluan
melalui kemaluan, maka wajiblah mandi”.
(H.S.R. Turmudzie)
(H.S.R. Turmudzie)
Artinya :
Telah berkata Abdullah bin ‘Amr Ibnul-’Ash, Rasulullah s.a.w. pernah bersabda :
„Apabila berjumpa dua kernaluan, lalu tertutup hasyafah, maka wajiblah mandi”.
(H.R. Ibnu Abi Syaibah)
(H.R. Ibnu Abi Syaibah)
Ada lagi
riwayat :
Artinya :
Telah diriwayatkan dari ‘Aisyah, isteri Rasulullah s.a. w. dia itu berkata :
Bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah s.a.w. dari hal orang lelaki
yang bersetubuh dengan isterinya, kemudian tidak inzal, adakah wajib atas
mereka itu mandi ? Di waktu itu ‘Aisyah sedang duduk, lalu Rasulullah bersabda
: „Saya sungguh pernah berbuat yang sedemikian itu, saya dan (isteri saya) ini,
kemudian kami mandi”.
(H.S.R. Muslim)
(H.S.R. Muslim)
Ada lagi
riwayat :
Artinya :
Telah berkata Rafi’ bin Khadij : Rasulullah s.a.w. pernah memanggil saya, dan
di waktu itu saya sedang bersetubuh, maka saya bangkit sebelum inzal, lantas
saya mandi, dan ,sesudah itu saya keluar lalu hal itu saya khabarkan kepada
Rasulullah s.a.w. kemudian beliau bersabda : Tidak usah begitu. Wadjib atas
engkau mandi dari keluar mani. Berkata Rafi’ kemudian sesudah itu Rasulullah
s..a.w. perintah kita supaya mandi.
(H.R. Ahmad)
(H.R. Ahmad)
Hadiets ini
telah terdapat pada isnadnya Rusydain bin Sa’d padahal dia itu telah dilemahkan
oleh imam Bukharie, Ibnu Ma’¬ien, Abu Zar’ah, Jauzjani, Nasaie dan
lain-lainnya. Tetapi Hadiets ini telah diquatkan oleh beberapa Hadiets,
sebagaimana yang tersebut di atas tadi.
Jadi, kalau
begitu Hadiets ini yang lemah, hanya isnadnya saja ya’ni bukan matannya, jadi
masih boleh digunakan buat membantu.
Adapun
alasan firqah pertama dengan riwayat yang ke 4 yang diriwayatkan oleh Zaid,
yang mana maqshudnya itu, bahwa Ali, Zubair, Thalhah, ‘Ubai dan Aiyub itu telah
berfatwa, bahwa bersetubuh yang tiada inzal, itu tidak mewajibkan mandi.
Riwayat Zaid
ini telah ditolak oleh imam Ahmad, karena fatwa lima shahabat itu ada berlawanan
dengan apa yang diri¬wayatkan oleh Zaid. Lihatlah kitab Fat-hul-Barie, dijuz ke
1, halaman 274.
Adapun ‘ulama’-'ulama’ Ahlulhadiets yang selain¬nya, maka
mereka itu ada menerangkan, bahwa shahabat-shaha¬bat Nabi s.a.w. yang
menerangkan, tidak wajib mandi bagi yang tidak inzal, itu sesudah mendengar
Hadiets Nabi s.a.w. yang me¬wajibkan mandi lalu mereka itu ber’amal dengan itu.
Pendek kata,
menurut perkataan imam Abdul-Bar, bahwa sekalian Shahabat dan Tabi’ien telah
ijma’, bahwa bersetubuh yang dengan inzal atau tidak itu, mewajibkan mandi, dan
menurut keterangan yang shah, bahwa sekalian Fu¬qaha’ telah akur masalah yang
tersebut itu, hanya imam Dawitd Azh-Zhahiri, maka dia itu berpendapat tidak
wajib mandi jikalau tidak inzal, dan beralasan dengan Hadiets ini :
Artinya :
Telah berkata Abu Sa’ied AI-Khudri : Rasulullah s.a.w. pernah bersabda : „Wajib
mandi lantaran dari keluar mani”.
(H.S.R. Abtt Dawud)
(H.S.R. Abtt Dawud)
Kami
berkata, bahwa imam Azh-Zhahiri barangkali belum berjumpa dengan Hadiets yang
menasikhkan (menghapuskan) hukum yang tersebut.
Kalau dia sudah berjumpa, tentu tidak berpendapat dengan yang sedemikian itu.
Sekianlah
keterangan kami.
Md.Mm
Soal jawab 1 : 79-84 cet XI Diponegoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar